LARUTAN PENYANGGA
Sekarang perhatikan Gambar 1 berikut!
Diketahui, zat X, Y, dan Z adalah larutan penyangga.
Berdasarkan Gambar 2:
Zat X adalah larutan penyangga basa , zat Y adalah larutan penyangga asam , dan zat Z adalah larutan penyangga basa.
Jadi, ada 2 jenis larutan penyangga yaitu:
- larutan penyangga asam yang terdiri dari campuran asam lemah dan basa konjugasinya.
- larutan penyangga basa yang terdiri dari campuran basa lemah dan asam konjugasinya.
Larutan penyangga dapat dibuat secara langsung dan secara tidak langsung. Hal ini tergantung dari sumber asam konjugasi/basa konjugasi dari asam lemah/ basa lemahnya.
Perhatikan peta konsep berikut!
Perhatikanlah Gambar 3 berikut!
Berdasarkan Gambar 3, jika larutan penyangga terbentuk dengan cara tersebut maka larutan penyangga dinamakan dibuat secara langsung.
Perhatikanlah Gambar 4 berikut!
Berdasarkan Gambar 4, jika larutan penyangga terbentuk dengan cara tersebut maka larutan penyangga dinamakan dibuat secara tidak langsung . Setiap reaksi asam lemah dengan basa kuat atau basa lemah dengan asam kuat akan selalu menghasilkan larutan penyangga, asalkan konsentrasi asam lemah/basa lemah harus lebih besar dari pada konsentrasi basa kuat/asam kuat.
Perhatikan Gambar 5 berikut untuk menjelaskan bagaimana reaksi asam lemah dengan basa kuat menghasilkan larutan penyangga!
Berdasarkan keterangan dapat disimpulkan:
Selain campuran asam lemah dengan garamnya / basa lemah dengan garamnya, suatu larutan penyangga juga dapat dibuat dengan mencampurkan asam lemah dengan basa kuat atau basa lemah dengan asam kuat Asalkan konsentrasi yang lemah harus lebih besar daripada yang kuat.
Prinsip Kerja Larutan Penyangga
1. Prinsip Kerja Larutan Penyangga Asam
(Misal: HNO2/NO2– yang dibuat dari campuran HNO2 dengan NaNO2)
Perhatikanlah gambar berikut!
a. Apabila ditambahkan sedikit asam kuat (Misal: HCl)
Berdasarkan Gambar 6a, Larutan penyangga HNO2/NO2– dapat dibuat dari campuran HNO2 dan NaNO2. Berarti dalam larutan ini terkandung molekul HNO2, ion H+, Na+ dan NO2–. Penambahan sedikit asam kuat akan menambah konsentrasi H+ dalam larutan (6b), namun kelebihan ini dinetralisasi oleh NO2–, membentuk HNO2 sehingga kesetimbangan bergeser ke arah HNO2. Hal ini membuat jumlah H+ dalam larutan menjadi tetap. Akibatnya (6c) nilai pH tetap.
b. Apabila ditambahkan sedikit basa kuat (Misal: NaOH)
Berdasarkan Gambar 7b, penambahan sedikit basa kuat akan memunculkan ion baru dalam larutan penyangga HNO2/NO2– yaitu OH–, namun ion tersebut dinetralisasi oleh HNO2, membentuk NO2– sehingga kesetimbangan bergeser ke arah NO2–. Hal ini membuat OH– tidak mengganggu H+ dalam larutan. Akibatnya (7c) nilai pH tetap.
c. Apabila dilakukan pengenceran dengan H2O
Berdasarkan Gambar 8, jika dilakukan pengenceran dengan H2O maka derajat ionisasi (α) asam lemah akan naik (Hukum Pengenceran Ostwald) yang berarti menambah jumlah ion H+ dan NO2– dari ionisasi asam lemah (8b). Akan tetapi karena volume larutan juga bertambah maka penambahan konsentrasi H+ menjadi tidak berarti. Akibatnya (8c) nilai pH tetap.
Berdasarkan keterangan di atas, dapat disimpulkan prinsip kerja larutan penyangga asam dalam mempertahankan pH adalah sebagai berikut:
- Setiap penambahan H+ akan dinetralisasi oleh basa konjugasi.
- Setiap penambahan OH– akan dinetralisasi oleh asam lemah.
- Setiap pengenceran dengan H2O berarti memperbesar jumlah ion H+ dan basa konjugasi dari ionisasi asam lemah namun penambahan konsentrasi H+ menjadi tidak berarti karena volume larutan juga bertambah.
2. Prinsip Kerja Larutan Penyangga Basa
(Misal: NH3/NH4+ yang dibuat dari campuran NH4OH dengan NH4Cl)
a. Apabila ditambahkan sedikit asam kuat (Misal: HCl)
Berdasarkan Gambar 9a, Larutan penyangga NH3/NH4+ dapat dibuat dari campuran NH4OH(bentuk NH3 dalam air) dan NH4Cl. Berarti dalam larutan ini terkandung molekul NH4OH, ion NH4+, ion OH– dan Cl–. Penambahan sedikit asam kuat akan memunculkan ion baru dalam larutan (9b) yaitu H+, namun ion tersebut dinetralisasi oleh NH4OH, membentuk NH4+ sehingga kesetimbangan bergeser ke arah NH4+. Hal ini membuat H+ tidak mengganggu OH– dalam larutan. Akibatnya (9c) nilai pH tetap.
b. Apabila ditambahkan sedikit basa kuat (Misal: NaOH)
Berdasarkan Gambar 10, Penambahan sedikit basa kuat akan menambah konsentrasi OH– dalam larutan, namun kelebihan ini dinetralisasi oleh NH4+, membentuk NH4OH sehingga kesetimbangan bergeser ke arah NH4OH. Hal ini membuat jumlah OH– dalam larutan menjadi tetap. Akibatnya (10c) nilai pH tetap.
c. Apabila dilakukan pengenceran dengan H2O
Berdasarkan Gambar 11, jika dilakukan pengenceran dengan H2O maka derajat ionisasi (α) basa lemah akan naik/turun*(29) (Hukum Pengenceran Ostwald) yang berarti menambah jumlah ion OH– dan NH4+ dari ionisasi basa lemah (11b). Akan tetapi karena volume larutan juga bertambah maka penambahan konsentrasi OH– menjadi tidak berarti. Hal ini (11c) membuat nilai pH tetap.
Berdasarkan keterangan di atas, dapat disimpulkan prinsip kerja larutan penyangga basa dalam mempertahankan pH adalah sebagai berikut:
- Setiap penambahan H+akan dinetralisasi oleh basa lemah.
- Setiap penambahan OH- akan dinetralisasi oleh asam konjugasi
- Setiap pengenceran dengan H2O berarti memperbesar jumlah ion OH- dan asam konjugasi dari ionisasi basa lemah, namun penambahan konsentrasi OH- menjadi tidak berarti karena volume larutan juga bertambah
pH larutan penyangga tergantung oleh konsentrasi asam lemah/ basa lemah, konstanta kesetimbangan asam lemah/ basa lemah dan konsentrasi garamnya. Dalam suatu sistem larutan penyangga akan terdapat dua jenis reaksi yaitu reaksi kesetimbangan asam lemah/ basa lemah dan reaksi ionisasi garamnya.
1. Menghitung pH Larutan Penyangga Asam
Konstanta kesetimbangan asam lemah:
sehingga:
maka:
dan diperoleh:
2. Menghitung pH Larutan Penyangga Basa
Konstanta kesetimbangan basa lemah:
sehingga:
maka:
Sehingga diperoleh:
Manfaat Larutan Penyangga
Larutan penyangga sangat penting dalam kehidupan; misalnya dalam analisis kimia, biokimia, bakteriologi, zat warna, fotografi, dan industri kulit. Dalam bidang biokimia, kultur jaringan dan bakteri mengalami proses yang sangat sensitif terhadap perubahan pH. Darah dalam tubuh manusia mempunyai kisaran pH 7,35 sampai 7,45, dan apabila pH darah manusia di atas 7,8 akan menyebabkan organ tubuh manusia dapat rusak, sehingga harus dijaga kisaran pHnya dengan larutan penyangga.
- Darah Sebagai Larutan Penyangga
Ada beberapa faktor yang terlibat dalam pengendalian pH darah, diantaranya penyangga karbonat, penyangga hemoglobin dan penyangga fosfat.
a. Penyangga Karbonat
Penyangga karbonat berasal dari campuran asam karbonat (H 2 CO 3 ) dengan basa konjugasi bikarbonat (HCO 3 ).
H 2 CO 3 (aq) –> HCO 3(aq) + H + (aq)
Penyangga karbonat sangat berperan penting dalam mengontrol pH darah. Pelari maraton dapat mengalami kondisi asidosis, yaitu penurunan pH darah yang disebabkan oleh metabolisme yang tinggi sehingga meningkatkan produksi ion bikarbonat. Kondisi asidosis ini dapat mengakibatkan penyakit jantung, ginjal, diabetes miletus (penyakit gula) dan diare. Orang yang mendaki gunung tanpa oksigen tambahan dapat menderita alkalosis, yaitu peningkatan pH darah. Kadar oksigen yang sedikit di gunung dapat membuat para pendaki bernafas lebih cepat, sehingga gas karbondioksida yang dilepas terlalu banyak, padahal CO 2 dapat larut dalam air menghasilkan H 2 CO 3 . Hal ini mengakibatkan pH darah akan naik. Kondisi alkalosis dapat mengakibatkan hiperventilasi (bernafas terlalu berlebihan, kadang-kadang karena cemas dan histeris).
b. Penyangga Hemoglobin
Pada darah, terdapat hemoglobin yang dapat mengikat oksigen untuk selanjutnya dibawa ke seluruh sel tubuh. Reaksi kesetimbangan dari larutan penyangga oksi hemoglobin adalah:
HHb + O 2 (g) « HbO 2 – + H +
Asam hemoglobin ion aksi hemoglobin
Keberadaan oksigen pada reaksi di atas dapat memengaruhi konsentrasi ion H +, sehingga pH darah juga dipengaruhi olehnya. Pada reaksi di atas O 2 bersifat basa. Hemoglobin yang telah melepaskan O 2 dapat mengikat H + dan membentuk asam hemoglobin. Sehingga ion H + yang dilepaskan pada peruraian H 2 CO 3 merupakan asam yang diproduksi oleh CO 2 yang terlarut dalam air saat metabolisme.
c. Penyangga Fosfat
Pada cairan intra sel, kehadiran penyangga fosfat sangat penting dalam mengatur pH darah. Penyangga ini berasal dari campuran dihidrogen fosfat (H 2 PO 4 – ) dengan monohidrogen fosfat (HPO 3 2- ).
H 2 PO 4 – (aq) + H + (aq) –> H 2 PO 4(aq)
H 2 PO 4 – (aq) + OH – (aq) –> HPO 4 2- (aq) ) + H 2 O (aq)
Penyangga fosfat dapat mempertahankan pH darah 7,4. Penyangga di luar sel hanya sedikit jumlahnya, tetapi sangat penting untuk larutan penyangga urin.
2. Air Ludah sebagai Larutan Penyangga
Gigi dapat larut jika dimasukkan pada larutan asam yang kuat. Email gigi yang rusak dapat menyebabkan kuman masuk ke dalam gigi. Air ludah dapat mempertahankan pH pada mulut sekitar 6,8. Air liur mengandung larutan penyangga fosfat yang dapat menetralisir asam yang terbentuk dari fermentasi sisa-sisa makanan.
3. Menjaga keseimbangan pH tanaman.
Suatu metode penanaman dengan media selain tanah, biasanya ikerjakan dalam kamar kaca dengan menggunakan mendium air yang berisi zat hara, disebut dengan hidroponik . Setiap tanaman memiliki pH tertentu agar dapat tumbuh dengan baik. Oleh karena itu dibutuhkan larutan penyangga agar pH dapat dijaga.
4. Larutan Penyangga pada Obat-Obatan
Asam asetilsalisilat merupakan komponen utama dari tablet aspirin, merupakan obat penghilang rasa nyeri. Adanya asam pada aspirin dapat menyebabkan perubahan pH pada perut. Perubahan pH ini mengakibakan pembentukan hormon, untuk merangsang penggumpalan darah, terhambat; sehingga pendarahan tidak dapat dihindarkan. Oleh karena itu, pada aspirin ditambahkan MgO yang dapat mentransfer kelebihan asam.
Tinggalkan komentar